Desa Arjowilangun Menuju Kesetaraan Gender: Pelatihan PPRG Dorong Perencanaan Desa yang Inklusif

Malang, 22 Mei 2025 – Pemerintah desa di Kecamatan Kalipare dan Sumberpucung, Kabupaten Malang, mengikuti pelatihan bertajuk Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) serta Pemanfaatan Data Terpilah Gender pada minggu ini. Kegiatan yang diinisiasi oleh fasilitator Pengarusutamaan Gender (PUG) Jawa Timur, Suti’ah, ini bertujuan memperkuat kapasitas desa dalam mewujudkan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA). Pelatihan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh kunci dari Desa Arjowilangun, termasuk Kepala Desa, Ketua Tim Penggerak PKK, dan Kaur Perencanaan Desa.
Mengapa Pelatihan Ini Penting?
Pelatihan ini dirancang untuk mengintegrasikan perspektif gender dalam setiap tahap pembangunan desa, mulai dari perencanaan, penganggaran, hingga evaluasi. Menurut Suti’ah, PPRG adalah strategi untuk memastikan kebutuhan perempuan, laki-laki, anak, penyandang disabilitas, dan kelompok marginal lainnya terpenuhi secara adil. “Data terpilah gender menjadi kunci untuk mengidentifikasi kesenjangan, seperti akses terhadap layanan kesehatan atau partisipasi dalam pengambilan keputusan,” ujarnya.
Kegiatan ini juga sejalan dengan berbagai regulasi, seperti Inpres No. 9/2000 tentang PUG, UU No. 12/2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual, dan Perda Jawa Timur No. 9/2019 tentang PUG. Selain itu, pelatihan ini mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya target kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Apa yang Dibahas?
Peserta pelatihan diajak memahami konsep dasar gender, perbedaan antara seks dan gender, serta bentuk ketidakadilan gender seperti subordinasi, beban ganda, dan kekerasan. Mereka juga dilatih untuk menggunakan data terpilah gender dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). Salah satu fokus utama adalah memastikan musyawarah desa (Musdes) melibatkan perempuan secara aktif, sehingga aspirasi mereka terakomodasi dalam perencanaan pembangunan.
“Perencanaan yang responsif gender bukan hanya tentang keadilan, tetapi juga efisiensi. Dengan memahami kebutuhan spesifik kelompok masyarakat, anggaran desa dapat dialokasikan secara tepat sasaran,” kata Suti’ah.
Langkah Nyata Menuju Desa Inklusif
Pelatihan ini mendorong implementasi nyata di Desa Arjowilangun. Salah satu hasil yang diharapkan adalah pembangunan infrastruktur yang responsif gender, seperti toilet terpisah untuk laki-laki dan perempuan dengan tanda khusus yang jelas. Langkah ini dianggap penting untuk memenuhi kebutuhan privasi dan keamanan perempuan, sekaligus mendukung aksesibilitas bagi kelompok rentan seperti penyandang disabilitas.
Selain itu, desa diarahkan untuk memastikan keterlibatan perempuan dalam musyawarah perencanaan, seperti Musdes dan Musrenbangdes. “Kami ingin suara perempuan didengar, terutama dalam menentukan prioritas pembangunan, seperti layanan kesehatan atau pendidikan anak,” ujar salah satu perwakilan Ketua Tim Penggerak PKK.
Untuk tahun 2026, Desa Arjowilangun dapat mengintegrasikan kesetaraan gender dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Beberapa rencana meliputi pendataan kasus stunting, pembentukan Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak, serta pengadaan infrastruktur ramah disabilitas.
Siapa yang Terlibat?
Kehadiran Kepala Desa Arjowilangun, Ketua Tim Penggerak PKK, dan Kaur Perencanaan menunjukkan komitmen kuat dari pemerintah desa. Mereka didorong untuk membentuk Kelompok Kerja (Pokja) PUG guna memastikan implementasi berkelanjutan. Pelatihan ini juga melibatkan pendamping desa dan tokoh masyarakat dari kecamatan Kalipare dan Sumberpucung, memperluas dampaknya ke wilayah yang lebih luas.
Tantangan dan Harapan
Meski antusiasme peserta tinggi, tantangan seperti keterbatasan sumber daya manusia terlatih dan rendahnya kesadaran masyarakat tentang isu gender masih menjadi hambatan. Namun, dengan dukungan regulasi dan pendampingan, Desa Arjowilangun optimistis dapat menjadi percontohan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak.
Ke Mana Arahnya?
Ke depan, hasil pelatihan ini akan dievaluasi melalui indikator kinerja responsif gender, seperti persentase anggaran untuk program inklusif dan jumlah perempuan yang terlibat dalam Musdes. Dengan langkah konkret seperti pembangunan infrastruktur dan peningkatan partisipasi, Desa Arjowilangun bergerak menuju visi pembangunan yang inklusif dan adil.



Komentar baru terbit setelah disetujui Admin